Pementasan Teater Jalasena Laksamana Malahayati
-
Sinopsis Malahayati
Perang antara Kesultanan Aceh Darussalam melawan Portugis di teluk Haru pada 1586 telah menewaskan dua Laksmana; Sultan Almukammil dan Laksmana Zainal Abidin, Suami Malahayati, serta ribuan prajurit Kerajaan. Kenyataan itu membuat Malahayati sangat terpukul. Hampir seluruh lelaki dalam trah keluarganya telah gugur dalam pertempuran melawan penjajah. Selain itu, ada ribuan janda dan anak-anak yang kehilangan suami dan ayah mereka, bisa membuat Aceh menjadi lemah.
Karena itulah, dengan modal keterampilan dan pengetahuannya ditempa di Maqdis (sekolah militer) milik Kesultanan Aceh; Malahayati meminta restu Sultan untuk membentuk pasukan Inong Bale; pasukan yang terdiri dari para janda dan perempuan Aceh demi membangun kekuatan militer Aceh. Usul itu pun disetujui Sultan. Namun, apa yang dilakukan Malahayati itu dihadang oleh Raja Ubit dan antek-anteknya. Raja Ubit, salah seorang kaya dan cukup berpengaruh di Aceh Darussalam telah memiliki perundingan rahasia dengan Portugis untuk menyerahkan benteng di Lamreh pada Portugis—bahkan dengan memanfaatkan peran Putera Mahkota.  Namun upaya Raja Unit ini tak pernah berhasil dan selalu bisa dipatahkan Malahayati dan Sultan. Semua ini tak terlepas dari strategi Sultan dan Malahayati yang telah mengutus Pocut Limpah, sebagai Komandan Intelijen Kesultanan menyusup menjadi orang kepercayaan Raja Ubit.
Berdasarkan informasi Pocut Limpah, Malahayati menjalankan rencananya bersama para Inong Bale pilihan; menyergap Raja Ubit dan kaki tangannya di sebuah malam. Sayang, dalam penyergapan itu—meski bisa melumpuhkan kaki tangan Raja Ubit dan membuat Raja Ubit melarikan diri, berkas-berkas perjanjian rahasia antara Raja Ubit dan Portugis dibakar oleh Kerkun, salah seorang kepercayaan Raja Ubit.
Kemelut yang terjadi antara Kesultanan dengan Raja Ubit dan Portugis, makin kompleks dengan datangnya kabar bahwa putera Malahayati diculik. Hal ini menjadi pukulan amat berat bagi Malahayati. Bahkan dia sempat menarik diri dari semua tugasnya di Kerajaan dan meninggalkan Inong Bale. Â Hal ini membuat semua orang merasa cemas dan khawatir. Namun berkat upaya Pocut Limpah dan Sultan yang terus meyakinkan bahwa Malahayati akan kembali berjumpa dengan puteranya dan dia harus tetap menlankan tugas-tugasnya, Malahayati akhirnya keluar dari kemelut batinnya itu dan kembali memimpin Inong Bale.
Tugas berikutnya yang harus dilaksanakannya adalah melakukan perundingan dengan Portugis. Sebuah perundingan yang telah dapat dibaca Malahayati sebagai jebakan yang digunakan Portugis untuk menghancurkan Inong Bale dan dirinya, sehingga dengan begitu Aceh Darussalam menjadi lemah untuk ditaklukkan.  Maka, justeru karena itu Malahayati diadili dan dipenjarakan aoleh Putera Mahkota. Tetapi  Celik, Paman Malahayati, dan beberapa orang yang setia pada kesultanan membebaskan Malahayati untuk kembali memangku tugasnya sebagai Pemimpin Inong Bale.
Setelah bebas, Malahayati mendatangi Sultan yang sedang didesak oleh Putra Mahkota untuk menyerahkan tahta padanya. Kehadiran Malahayati yang tak diduga ini, membuat Putra Mahkota tak bisa mengantisipasi. Bahkan, dalam kesempatan itu, Malahayati membunuh Alfonso, salah seorang utusan Portugis yang bersiasat bersama Putra Mahkota. Putra Mahkota dan beberapa pengikutnya melarikan diri. Tahta Sultan Selamat. Salah seorang pengikut Putra Mahkota, Kerkun, juga meregang nyawa di tangan Pocut Limpah.
Setelah itu, langkah Malahayati berikutnya adalah memburu kapal Belanda Leeuw yang dipimpin Cornelis de Haoutman. Dengan kapal itu, Cornelis de Houtman membawa pergi hasil bumi dan rempah yang berlimpah . Â Dengan menggunakan taktik tertentu, Malahayati dan Pocut limpah berhasil mengejar Kapal Leeuw dan merangsek ke dalam kapal yang tengah berpesta. Dalam penyergapan itu, Malahayati berhasil membunuh Cornelis de Houtman yang membuat Malahayati dikukuhkan sebagai Laksmana. Dengan cepat, peristiwa itu tersiar di benua Eropa. Bahkan kabar itu membuat Ratu Elizabeth I meminta armadanya melakukan perjanjian damai dengan Aceh dan berjanji tidak akan mengusik kerajaan Islam Aceh.
Waktu bergulir. Sultan Alaudin Riayat Syah disingkirkan oleh putranya Mahmud bergelar Ali Riayat Syah (1604-1607). Terjadi bencana dan kemelut dalam kerajaan ditambah lagi dengan serangan Portugis ke Banda Aceh. Tetapi Malahayati bersama pasukan Inong Bale berhasil mengusir mereka. Waktu Bergulir. Pada 1607, Iskandar Muda naik tahta, Malahayati tutup usia.
Selesai.
-
-
SHOW 1
Mulai dari Rp 327.727
Katagori 1Harga Sudah Termasuk Pajak 10%Berakhir 2023-09-09 14:00:00
1123636EVENT ENDED
Katagori 2 (Best View)Harga Sudah Termasuk Pajak 10%Berakhir 2023-09-09 14:00:00
1404545EVENT ENDED
Katagori 3Harga Sudah Termasuk Pajak 10%Berakhir 2023-09-09 14:00:00
795909EVENT ENDED
Katagori 4Harga Sudah Termasuk Pajak 10%Berakhir 2023-09-09 14:00:00
468181EVENT ENDED
Katagori 5Harga Sudah Termasuk Pajak 10%Berakhir 2023-09-09 14:00:00
327727EVENT ENDED
-
SHOW 2
Mulai dari Rp 327.727
Katagori 1Harga Sudah Termasuk Pajak 10%Berakhir 2023-09-09 20:00:00
1123636EVENT ENDED
Katagori 2 (Best View)Harga Sudah Termasuk Pajak 10%Berakhir 2023-09-09 20:00:00
1404545EVENT ENDED
Katagori 3Harga Sudah Termasuk Pajak 10%Berakhir 2023-09-09 20:00:00
795909EVENT ENDED
Katagori 4Harga Sudah Termasuk Pajak 10%Berakhir 2023-09-09 20:00:00
468181EVENT ENDED
Katagori 5Harga Sudah Termasuk Pajak 10%Berakhir 2023-09-09 20:00:00
327727EVENT ENDED
-
Atau dengan